UNIVERSITAS TEKNOLOGI DIGITAL BANDUNG
FAKULTAS
MANAJEMEN INOVASI
WINDY YULIANTI, S.P.
NPM. 1052006
PERANAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ERA DIGITAL
ABSTRAK
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia supaya memiliki karakter atau bila sebagai muslim memiliki akhlakul karimah dan dapat hidup mandiri dengan lebih baik. Globalisasi yang melanda dunia saat ini memberi begitu banyak perubahan, Pada generasi milenial ini mereka tengah telah memasuki revolusi digital. Penggunaan Internet, big data, cloud database, blockchain, dan lain-lain akan mengubah pola kehidupan manusia baik dari balita bahkan sampai kaum muda dan tua sekalipun.
Pemanfaatan teknologi secara baik menjadikan kunci utama dalam nilai karakter peserta didik. Karena walaupun banyak dampak positif dari tenologi tapi tidak sedikit juga dampak negatifnya. Bahkan dampak negatifnya lebih merusak aspek kebangsaan yang beragam di Indonesia. Dan yang menjadi turunnya moral, ilmu pengetahuan yang kurang, bahkan karakter pada peserta didik adalah karena penyimpangan penggunaan teknologi dan internet. Sehingga untuk itu diperlukan pendidikan karakter yang memfokuskan aspek moral yang telah mengalami degradasi belakangan ini. Pendidikan karakter sendiri adalah suatu proses penerapan nilai-nilai moral maupun agama pada peserta didik melalui ilmu pengetahuan, untuk diterapkan baik terhadap diri sendiri, sesama teman, terhadap pendidik dan lingkungan sekitar maupun Tuhan Yang Maha Esa..
Pada akhirnya pengawasan oleh guru maupun orang tua menjadi peran utama dalam mendidik karakter anak di indonesia, agar bisa menghasilkan generasi penerus yang unggul dan berkarakter atau berakhlakul karimah. Terkait dengan itu juga, peranan pemerintah yang mendukung pengimplementasian pendidikan karakter akan sangat membantu percepatan untuk keberhasilan tujuan dari pendidikan karakter ini.
ABSTRACT
Education is one of the efforts to improve the ability of human resources so that they have character or as Muslims have good morals and can live independently better. Globalization that is currently sweeping the world has brought so many changes. In this millennial generation, they are entering the digital revolution. The use of the Internet, big data, cloud databases, blockchain, and others will change the pattern of human life, from toddlers to even the young and old.
The good use of technology is the main key in the character values of students. Because even though there are many positive impacts from technology, there are also not a few negative impacts. In fact, the negative impact is more detrimental to the various aspects of nationality in Indonesia. And the decline in morale, lack of knowledge, even the character of students is due to irregularities in the use of technology and the internet. So for that we need character education that focuses on moral aspects that have been degraded lately. Character education itself is a process of applying moral and religious values to students through science, to be applied both to themselves, to fellow friends, to educators and the surrounding environment and to God Almighty.
In the end, supervision by teachers and parents becomes the main role in educating the character of children in Indonesia, so that they can produce the next generation who is superior and has good character or good morals. Also related to that, the government's role in supporting the implementation of character education will greatly help accelerate the success of the goals of this character education.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tujuan
Generasi muda dari suatu negara menjadi penentu maju mundurnya negara tersebut.. Perkembangan teknologi akibat dari globalisasi ini menjadikan segala aspek mengalami digitalisasi, sehingga era sekarang ini dinamakan era digital. Dan generasi muda sekarang ketergantungannya terhadap teknolgi sangatlah tinggi. Segala sesuatu dalam kesehariannnya senantiasa menggunakan teknologi, baik itu tugas sekolah bahkan main pun lebih seru menggunakan teknologi. Tiada hari tanpa teknologi, mungkin itu slogan yang tepat bagi generasi masa kini atau anak zaman now.
Namun ternyata dari fakta yang terjadi dengan adanya digitalisasi sangat banyak dampaknya mempengaruhi pola pikir, sikap, bahkan perilaku generasi muda. Ada dampak negatif maupun dampak positifnya. Dampak yang semakin melingkupi kehidupan generasi muda dan otomatis negara juga. Karena hal itulah, perlu adanya perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat umunya, dan khusunya adalah keluarga dalam hal ini orang tua.
Dampak negatif yang dirasakan di era digital ini adalah banyaknya bermunculan kasus destruktif dalam konteks kebangsaan, misalnya terjadi sentimen antar etnis, perselisihan antar suku, kasus narkoba, tawuran antar pelajar, kekerasan terhadap anak, begal di mana-mana, kasus bullying, menunjukkan karakter kebangsaan yang lemah. Pembentukan karakter sedari dini akan menumbuhkan budaya karakter bangsa yang baik dan kunci utama dalam membangun bangsa..
Walaupun begitu dampak positif dari globalisasi juga banyak dirasakan dan itu bisa diajdikan sarana untuk pembentukan karakter juga. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, tidak hanya di sekolah tapi juga di keluarga dan masyarakat harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dan pendidikan karakter menjadi solusi untuk menjawab permasalahan tersebut.
PEMBAHASAN
Untuk lebih memahami peranan pendidikan karakter di era digital ini, akan dibahas satu per satu unsur-unsurnya secara terperinci mulai dari pendidikan, karakter, pendidikan karakter, dan era digital dengan dampak-dampaknya itu bagaimana atau apa saja yang dimaksud dengan itu semua. Termasuk bagaimana penerapannya sehingga mudah untuk diaplikasikan oleh seluruh masyarakat umumnya.
Pendidikan Karakter
Berbagai definisi pendidikan karakter diungkapkan oleh para ahli diantaranya:
Ø Mulyasa mengemukakan, bahwa pendidikan karakter adalah upaya membantu perkembangan jiwa anak-anak, baik batin maupun lahir, dari sifat kodratnya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.
Ø Williams & Schnaps mendefinisikan pendidikan karakter sebagai "Any deliberate approach by which school personnel, often in conjunction with parents and community members, help children and youth become caring, principled and responsible". Maknanya kurang lebih pendidikan karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat, untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.
Ø Raharjo memaknai pendidikan karakter sebagai suatu proses pendidikan secara holistic yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggung jawabkan.
Ø Barnawi dan Arifin mendefinisikan pendidikan karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan konstribusi yang positif kepada lingkungan.
Ø Menurut Wahab Syakhirul Ali, dkk mengenai pendidikan karakter adalah usaha yang direncanakan dan diterapkan secara sistematis dalam membantu peserta didik untuk memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Ø Ratna Mergawangi mengemukakan nbahwa pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar mereka dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mererka dapat membrikan kontribusi yang posistif kepada lingkungannya.
Sehingga dari beberapa pengertian tersebut kita bisa menyimpulkan yang menjadi prinsip pendidikan karakter tersebut adalah:
· Menonjolkan etika sebagai dasar dari sebuah karakter Mengenalkan karakter secara detail agar meliputi pola pikir, perasaan, dan sikap baik.
· Memakai metode yang tegas, aktif dan efektif untuk membentuk karakter. Membuat kondisi yang mempunyai rasa peduli sosial Anak diberi kesempatan untuk menunjukkan sikap yang sopan
· Menumbuhkan motivasi diri pada anak Seluruh staf sekolah, keluarag, dan masyarakat difungsikan sebagai pembimbing moral yang bertanggung jawab agar pendidikan karakter terlaksana. Terdapat pengelompokan yang bertugas pada point moral dan support yang kuat dalam berinisiatif menumbuhkan pendidikan karakter Membangun karakter misalnya sebagai mitra.
· Melakukan evaluasi karakter pada semua pihak yang terkait sekolah, rumah, dan lingkungan sebagai pembina karakter dan penunjang karakter
Salah satu program pemerintah yang pelaksanaannya diterapkan melalui lembaga pendidikan yang dimulai dari level terendah (PAUD) sampai ke tingkat perguruan tinggi adalah pendidikan karakter, hal ini agar memudahkan pemerintah dalam membangun karakter bangsa yang diinginkan sesuai harapan bangsa, sehingga melalui peserta didik karakter yang baik akan tumbuh karena terbiasa dilaksanakan dan dilakukan baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat (Fadhilah dkk.. 2021) Pendidikan karakter perlu dimulai dengan penanaman pengetahuan dan kesadaran kepada anak akan bagaimana bertindak sesuai nilai-nilai moralitas dalam agama Islam kaitannya adalah adab, sebab jika anak tidak tahu bagaimana bertindak, perkembangan moral mereka akan terganggu. Lagi pula telah kita ketahui bahwa karakter dapat dilihat dari ”tindakan” bukan hanya dari pemikiran. Dengan meningkatkan kecerdasan moral anak, diharapkan mereka tidak hanya berpikir dengan benar, tetapi juga bertindak benar dan diharapkan juga akan terbangunnya karakter yang kuat. Cara terbaik mengembangkan kemampuan karakter atau moral anak merupakan langkah paling tepat melindungi kehidupan moralnya sekarang dan selamanya.
Ada beberapa batasan atau deskripsi nilai-nilai pendidikan karakter menurut Fathurrohman (2013) antara lain:
1. Nilai karakter yang berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan dan ajaran agamanya, nilai antara hubungan manusia dengan penciptanya;
2. Nilai karakter yang ada hubungannya pada diri sendiri, seperti sikap jujur, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, mandiri dan cinta ilmu.
3. Nilai karakter antar sesama, meliputi:
a) Menyadari akan hak dan tanggung jawab pada diri dan orang lain yaitu sikap mengetahui dan memahami serta melaksanakan apa yang dimiliki diri sendiri dan orang lain serta apa yang wajib bagi diri sendiri serta orang lain;
b) Mematuhi aturan-aturan sosial;
c) Sikap patuh dan menaati peraturan yang berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum; d) Menghargai hasil karya dan prestasi orang lain yaitu sikap dan tindakan yang mensupport dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain;
e) Sopan yaitu sifat yang santun dan baik dari sudut pandang tutur kata maupun perilakunya padasemua orang;
f) Nilai demokratis yaitu cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai setara antara hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4. Nilai karakter yang berkaitan dengan lingkungan, seperti sikap dan tindakan yang selalu berusaha dalam mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan usaha untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu memiliki rasa ingin memberi bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang memerlukan;
5. Nilai kebangsaan, meliputi cara berpikir, bertindak dan wawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya.(Agus Zaenul Fitri, 2012).
Landasan pendidikan karakter disebut di dalam Alqur’an Q.S 31:17 “Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”.. Al-qur’an menjelaskan dengan tegas agar manusia menyerukan dan menegakkan kebenaran dan menjauhkan perbuatan yang munkar. Pendidikan karakter yang diberikan seorang ayah kepada anaknya untuk selalu mengerjakan sholat, beramar m'ruf nahyi munkar, dan selalu bersabar.
Sedangkan Konsep dasar pendidikan karakter tertuang dalam Permendikbud No.23 tentang Penumbuhan Budi Pekerti tahun 2015. Penumbuhan Budi Pekerti (PBP) bertujuan:
1. menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan,
2. menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di keluarga, sekolah dan masyarakat,
3. menjadikan pendidikan sebagai gerakan yang melibatkan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan keluarga, dan/ atau
4. menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya belajar yang serasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat Penanaman dan pengembangan pendidikan karakter di sekolah menjadi tanggung jawab bersama. Keluarga menjadi kiblat perjalanan dari dalam kandungan sampai tumbuh menjadi dewasa dan berlanjut di kemudian hari. Lingkungan masyarakat dengan kebijakan pemerintah yang mendukung juga akan menjadi media yang kondusif untuk pengembangan karakter anak, dan lingkungan sekolah saat ini juga memiliki peran sangat besar pembentukan karakter anak. Peran guru tidak hanya sekedar sebagai pendidik semata, tetapi juga sebagai pendidik karakter, moral dan budaya bagi siswanya. Ketiga pilar ini yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat sekitar ataupun pemerintah setempat merupakan ujung tombak pelaskana pendidikan karakter, yang harus memahami dan saling bekerjasama bahu membahu membenahi kondisi generasi penerus bangsa yang saaat ini sangat memerlukan pendidikan karakter.
Dengan demikian, pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik shingga anak menjadi faham (kognitif) tentang yang benar dan yang salah, mampu merasakan (efektif) nilai yang baik dan biasa mampu melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action). Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikan dan dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendididkan karakter
Dari latar belakang sebelumnya dikemukakan bahwa penggunaan internet dan teknologi, sehingga hal tersebut harus kita kaji dan dijadikan pemikiran agar pemanfaatannya bisa sesuai harapan kita. Hal tersbut bisa diamati dari dampak penggunaan internet dan tenologi itu sendiri. Dampak internet terhadap anak ditinjau dari dua dimensi yaitu dimensi dampak positif dan dimensi dampak negatif. Masingmasing dimensi tersebut dibagi menjadi beberapa indikator yang dijelaskan sebagai berikut :
Dampak Positif
1. Internet bermanfaat sebagai Media Informasi Anak mendapatkan manfaat internet sebagai media informasi yang beragam misalnya berita, pengtahuan dan wawasan, bahkan keterampilan (life skill) dengan beredarnya video-video tutorial bebrgai hal yang disajikan dnegan menarik sehingga senang untuk ditonton dan diikuti terus chanelnya.
2. Internet bermanfaat sebagai Media Komunikasi Anak mendapatkan manfaat internet sebagai media komunikasi sangat terasa saat pandemi covid 19 sedang marak-maraknya, dimana anak dilarang untuk keluar rumah menghindari wabah. Adanya internet dan teknologi ini sangat membantu, karena bisa dijadikan alat komunikasi yang cukup efeketif untuk menjembatani keperluan yang urgen.
3. Internet bermanfaat sebagai Media Belajar Anak mendapatkan manfaat internet sebagai media belajar terutama di masa BdR (Belajat di Rumah) atau daring, walau tidak bertatap muka langsung di sekolah, tapi masih bisa bertatap muka online, bertemu guru dan teman-teman, bisa bertanya jawab bilamana ada yang kesulitan.
4. Internet bermanfaat sebagai Media Hiburan Anak mendapatkan manfaat internet sebagai media hiburan dengan tontonan yang menarik dan menyenangkan, di saat merasa jenuh hanya di rumah saja adnya tontonan tersebut setidaknya bisa mengatasi hal tersebut. Dari dampak positif yang ada, kita bisa manfaatkan media ini dengan mengubah fungsi dan kontennya agar disesuaikan dengan kebutuhan sesuai tahap perkembamgan anak.
Dampak Negatif
1. Internet menyebabkan sifat sosial pada anak berkurang. Anak mendapatkan dampak negatif internet yaitu kurang sifat sosialnya (empati), karena banyak permasalahan yang terjadi di masyarakat yang dijadikan bahan candaan, hanya sekedar tontonan belaka, sehingga mempengaruhi cara pandang mereka.
2. Internet menyebabkan pola interaksi siswa berubah Anak mendapatkan dampak negatif internet yaitu bahwa intensitas pemanfaatan internet memberikan dampak yang lumayan besar pada penurunan pola interaksi siswa. Intensitas yang tinggi pada pemanfaatan internet membuat seseorang hanya berinteraksi secara maya melalui internet. Intensitas yang tinggi dalam berinternet menyebabkan seseorang tidak lagi membutuhkan intensitas yang tinggi dengan orang-orang di lingkungannya di dunia nyata.
3. Internet menyebabkan anak mengetahui tindakan kejahatan Anak mendapatkan dampak negatif internet yaitu bahwa intensitas pemanfaatan internet memberikan dampak relatif sangat kecil terhadap kecenderungan anak mengenali dunia kriminalitas. Sebagai pelajar, seseorang akan cenderung lebih mengutamakan kebutuhannya dalam belajar dibandingkan dengan kegiatan lain.
Dari dampak negatif ini, kita bisa merancang strategi yang tepat untuk mengatasi hal-hal tersebut dengan bijak dan sesuai kebutuhan anak. Maragustam menyampaikan bahwa ada tujuh strategi pembentukan karakter yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan. Pendekatan pendidikan moral tersebut adalah: pembiasaan dan pembudayaan, memberikan pengetahuan tentang hal-hal yang baik, memberikan pengetahuan akan rasa mencintai kebaikan, bertindak terpuji, bercermin pada hal-hal yang baik dari lingkungan sekitar, dan bertaubat (Maragustam, 2014).
Penerapan Pendidikan Karakter
Upaya untuk menerapkan pendidikan karakter harus dilakukan oleh 3 pilar utama yaitu keluaraga dalam hal ini adalah orang tua, sekolah, dan masyarakat atau pemerintah.
A. Penerapan di keluarga yang dapat dilakukan orang tua diantaranya:
1. Meningkatkan dan memperbarui wawasan tentang internet dan gadget. Orang tua tidak bisa mengawasi anak-anak apabila orang tua gagap teknologi.
2. Jika di rumah ada internet, posisikan di ruang keluarga dan siapa yang dapat melihat apa yang dilakukan anak dalam mengakses internet.
3. Membatasi waktu pada anak dalam menggunakan gadget dan internet.
4. Meminjamkan Anak Perangkat Digital Sesuai Keperluan
5. Memberikan pemahaman dan kesadaran bersama akan dampak negatif dari internet atau gadget.
6. Memilihkan Program/ Aplikasi Positif
7. Secara tegas melarang sesegera mungkin jika ada yang tidak pantas ditonton
8. Mendampingi dan meningkatkan Interaksi dengan anak saat menggunakan internet.
9. Menjalin komunikasi yang terbuka dua arah dengan anak-anak.
B. Penerapan di seakolah dapat melalui Pendekatan Holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Berikut ini ciri-ciri pendekatan holistik (Elkind dan Sweet, 2005) :
1. Segala sesuatu di sekolah diatur berdasarkan perkembangan hubungan antara siswa, guru, dan masyarakat. Adanya komunikasi terbuka diantara guru dan masyarakat dalam mendidik siswa bersama dalam koridornya msing-masing.
2. Sekolah merupakan masyarakat peserta didik yang peduli di mana ada ikatan yang jelas yang menghubungkan siswa, guru, dan sekolah
3. Pembelajaran emosional dan sosial setara dengan pembelajaran akademik.
4. Kerjasama dan kolaborasi di antara siswa menjadi hal yang lebih utama dibandingkan persaingan rangking.
5. Nilai-nilai seperti keadilan, rasa hormat, dan kejujuran menjadi bagian pembelajaran sehari-hari baik di dalam mau-pun di luar kelas
6. Siswa-siswa diberikan banyak kesempatan untuk mempraktekkan prilaku moralnya melalui kegiatan-kegiatan seperti pembelajaran memberikan pelayanan
7. Disiplin dan pengelolaan kelas menjadi fokus dalam memecahkan masalah dibandingkan hadiah dan hukuman
8. Model pembelajaran yang berpusat pada guru harus ditinggalkan dan beralih ke kelas demokrasi di mana guru dan siswa berkumpul untuk membangun kesatuan, norma, dan memecahkan masalah.
C. Penerapan di masyarakat lebih pada kebijakan pemerintah dan hubungannya dengan kebudayaan daerah tempat tinggal anak, yang akan sangat berpengaruh pada pembenttukan karakter mereka. Model implementasinya bisa berupa:
1) Pembentukan karakter melalui shoalat
Shalat dapat membentuk karakter disiplin pada seseorang karena dengan melaksanakan shalat seseorang akan terbiasa untuk melaksanakannya dan akan menjadi disiplin serta teratur dalam mengerjakannya. Hal ini tentu sangat berimbas positif pada pembentukan karakter disiplin. Dalam shalat juga tercermin gerakan – gerakan dan bacaan – bacaan pada setiap rakaat dan gerakannya.
Hal ini terbukti dengan diadakannya penelitian yang dilakukan oleh sejumlah peneliti. Salah satunya ialah pembentukan karakter disiplin peserta didik dalam beribadah melalui pembiasaan shalat dhuha. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa shalat dhuha yang dilakukan secara teratur oleh peserta didik di sekolah MTs Khairiyah Pipitan menjadikan mereka disiplin dalam mengerjakan shalat dhuha secara berjamah. Selain itu juga mereka terbiasa melaksanakan ibadah shalat dhuha tersebut dengan baik dan tanpa paksaan. Mereka terbiasa melaksanakan shalat dhuha pada waktunya. (Of et al., 2015).
Perlunya kerjasama antara pihak yang terkait dalam penerapan pendidikan karakter
Pihak terkait yang berperan penting dalam penerapan pendidikan karakter ini adalah yang tersebut dalam 3 pilar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing pihak harus menyadari terlebih dahulu peranannya sehingga nanti selaras dalam pelaksanaannya. Peranan 3 pilar ini akan menjadi kunci atau faktor penting yang menentukan dalam peranan pendidikan karakter di era digital ini.
A. Peran Keluarga dalam Pendidikan Karakter
Keluarga merupakan cikal bakal terbentuk prilaku anak-anak baik prilaku baik maupun prilaku buruk karena keluarga merupakan lingkungan masyarakat kecil pertama yang menjadi media untuk belajar berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitar. Setiap anak akan merekam apa yang mereka lihat dan mereka dengar dan setelah itu akan selalu diingat yang pada proses selanjutnya akan termanifestasi dalam bentuk ucapan atau tindakan baik secara sadar maupun secara tidak sadar dan jika hal itu terjadi berulang-ulang akan menjadi kebiasaan yang bisa membentuk karakter anak.
Oleh karena itu orang tua terutama ibu yang sejak dalam rahim anak bersama ibu perlu membiasakan diri memberi contoh yang baik sabagai stimulus awal bagi perkembangan anak. Menurut teori tabularasa yang dipopulerkan oleh John Lock bahwa setiap anak yang lahir seperti kertas putih yang belum tertuliskan apa-apa sehingga perkembangan anak sangat tergantung lingkungan yang mengisinya.
Orang tua dapat terlibat dalam kegiatan pembudayaan dan penanaman karakter melalui beberapa kegiatan. Orang tua secara aktif dapat memantau perkembangan perilaku anak mereka melalui buku kegiatan siswa yang sudah disiapkan pihak sekolah. Orang tua secara aktif mengikuti kegiatan rutin atau bergilir yang dilaksanakan pihak sekolah dalam pertemuan-pertemuan antara orang tua dengan wali kelas dan guru-guru kelas.
Era Digital saat ini anak-anak usia sekolah dasar tidak bisa lepas dari gadget bahkan menjadi sebuah kebutuhan. Kondisi seperti itu, orang tua perlu memperkenalkan kepada anak-anak, situs pendidikan bila menggunakan gadget, seperti lagu-lagu islami dan pendidikan, games pendidikan yang mengasah kemampuan kognitif, video tata cara sholat, membersihkan kamar sendiri, dan lainnya, yang penting untuk diingat. Orang tua juga berperan mengawasi dan membatasi anak-anak dalam menggunakan ponsel, atur waktu kapan ia harus mengerjakan tugas sekolahnya, bersosialisasi dengan teman, bersosialisasi tengan keluarga, dan menggunakan ponsel atau gadget.
B. Peran Guru dalam Budaya Karakter di Sekolah
Guru memepersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk menanamkan setiap nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan ke dalam mata pelajaran yang diampunya. Guru dapat memilih cara-cara tertentu dalam proses pembelajarannya, seperti menyampaikan berbagai kutipan yang berupa kata-kata mutiara atau peribahasa yang berkaitan dengan karakter, cerita pendek, diskusi kelompok, membuat karangan pendek dan sebagainya. Setiap sekolah hendaknya menentukan kegiatan khusus yang dapat mengikat para guru untuk melakukan kegiatan tersebut secara berkelanjutan.
Berikut contoh penerapan keteladan pendidikan karakter di sekolah:
1. Guru secara sadar datang pada jam 06.30 dan pulang jam 1.30, kehadiran guru yang demikian sebagai bentuk komitmen mereka terhadap budaya yang telah berlaku di sekolah yang bersangkutan.
2. Sekolah memberikan penghargaan terhadap setiap keberhasilan, usaha, dan memberikan komitmennya, semua karyawan dan siswanya akan termotivasi untuk bekerja keras, inovatif, dan mendukung perubahan.
3. Sekolah memberikan apresiasi pada saat upacara bendera pada hari senin, untuk guru, karyawan dan siswa yang berprestasi. Cara yang dilakukan ini memotivasi setiap guru, karyawan dan siswa untuk meraih prestasi-prestasi tertentu.
4. Sekolah menerapkan Kegiatan Gotong Royong setiap satu semester.
C. Peran Masyarakat dalam Pendidikan Karakter
Sekolah bersama komite sekolah dan masyarakat secara bersama-sama menyusun suatu kegiatan yang dapat mendukung terwujudnya pembudayaan dan penanaman karakter yang baik bagi seluruh warga sekolah kegiatan yang dapat dilakukan antara lain seperti, melakukan gotong royong membersihkan tempat-tempat umum seperti masjid, sungai, dan lainnya. Masyarakat juga memainkan peran tak kalah pentingnya sebagai contoh atau model yang dapat menjadi pendorong keberhasilan para siswa dalam menerapkan nilai norma, dan kebiasaan-kebiasaan karakter yang baik.
Tokoh tokoh seperti pemangku adat dan ustadz bisa dihadirkan di sekolah untuk mengadakan kegiatan sharing atas kehidupan dan keberhasilan mereka. Keluarga sebagai tempat utama dan pertama peserta didik menjalani kehidupan hendaklah mengawasi dan membimbing dengan penuh kasih sayang, tegas, dan cermat. Guru tidak hanya mengajarkan konsep karakter yang baik, tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik untuk dapat mengimplementasikan pada kehidupam sehari-hari. Guru juga sebagai panutan harus menerapkan karakter yang baik pada dirinya sendiri. Masyarakat sekitar juga berperan dalam mengawasi dan memotivasi perkembangan karakter peserta didik Masyarakat juga harus bisa mendukung peran guru dan keluarga dalam membangun karakter peserta didik semakin meningkat, kompleks dan berat.
Peranan orang tua, sekolah, dan masyarakat dalam artian dukungan atau dorongan untuk keberhasilan sekolah merupakan tiga kompenen penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan di sekolah. Orang tua yang memberikan dukungan yang kuat kepada anak-anaknya, akan memberikan motivasi dan membuat anak-anak merasa senang, semangat, dan meningkatkan kualitas belajarnya. Tentunya hal ini juga akan berdampak positif kepada guru-guru dalam proses pembelajaran peserta didik. Masyarakat yang senantiasa memberikan dukungan kepada sekolah, akan membuat guru-guru merasa dihargai dan perannya sebagai pendidik dianggap penting. Hal seperti inilah yang diharapkan terwujud.
Penghargaan dan peran guru yang dianggap penting, membuat guru-guru lebih rajin dan penuh semangat dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya. Peranan orang tua, sekolah, dan masyarakat merupakan pra syarat dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Maka seyogianya peranan ketiga pilar pendidikan tersebut semakin diperkuat danl ebih bersinergi, karena pada prinsipnya pendidikan itu adalah tanggung jawab kita bersama. Keluaga, sekolah, dan masyarakat dipandang sebagai institusi yang tidak terpisahkan. Keluarga memiliki hak untuk mengetahui tentang apa saja yang diajarkan guru di sekolah. Sekolah merupakan pranata sosial yang bersistem terdiri dari atas komponenkomponen yang saling terkait dan pengaruh.
KESIMPULAN
Karakter akan terbentuk bila aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi sudah menjadi suatu budaya. Karakter akan lebih bisa dikembangkan dan diarahkan lagi pembentukannya melalui pendidikan yang terencana.
Di era digital ini peran keluarga, guru, dan masyarakat sekitar penting dalam meningkatkan karakter calon penerus bangsa. Oleh karena itu kerjasama yang baik dan harmonis antara 3 pilar ini akan menentukan keberhasilan pembentukan karakter pada anak sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan unggul dan berkualitas.
Sehingga pendidikan karakter merupakan solusi terbaik dalam mengatasi kemunduruan moral bangsa saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Wahab Syakhirul Alim, Rabi'ah Rabi;ah, Ahmad Baidawi, Ainu Zumru Diana. Pendidikan Karakter CV. Agrapana Media 2021. Drs. H. Sofyan Tsauri, MM. Pendidikan Karakter (Peluang Dalam Membangun Karakter Bangsa) IAIN Jember Press 2015.
Dr.Zubaedi, M.Ag, M.Pd. Pendidikan Karakter (Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan) Kencana Prenada Media Grup 2011. Sofyan Mustoip, Muhammad
Jafar, Julela MS. Implementasi Pendidikan Karakter Jahad Publishing: Book and Jurnal 2018. Ni Putu Suwardani. "Quo Vadis" Pendidikan Karakter dalam Merajut Harapan Bangsa yang Bermartabat UNHI Press 2020.
Drs. Dharma Kusuma, M.Pd, Cepi Priatna, S.Pd., Dr.H Johar Permana, M.A. Pendidikan Karakter (Kajian Teori dan Praktek di Sekolah) PT Remaja Rosdakarya 2018.
Mohammad Feizal Firdaus, MUkhammad Fadhir. Pentingnya Pendidikan Karakter di Era Digital untuk Masa Depan. Paper Seminar Nasional 2019.
Fadilah, Rabi'a, Wahab Syakhirul Alim, Ainu Zumrudiana, Iin Widya Lestari , Achmad Baidawi, Alinea Dwi Elisanti. Pendidikan Karakter. CV. Agrapana Media 2021.
Akhtim Wahyuni. Pendidikan Karakter. Umsida Press 2021.
I Putu Windu Mertha Sujana, Sukadi, I Made Riyan Cahyadi, Ni Made Widya Sari. pendidikan karakter untuk generasi digital native. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha Vol. 9 No. 2 (Mei, 2021)
Muzhoffar Akhwan. Pendidikan Karakter:Konsep dan Implementasinya Dalam Pembelajaran di Sekolah/Madrasah.
